Sabtu, 08 September 2012

Belajar dari Si Ratu Sampah

Bermula saat pelajaran olah raga, lari keliling melewati sebuah taman kota di dekat SMP-nya di Bandung, Amilia Agustin yang melewati sebuah tempat pembuangan sampah merasa terpanggil untuk berbuat sesuatu.
Saat itu, Ami melihat ada plang bertuliskan “mulailah memilah sampah dari diri masing-masing”.
Maka, ia pun berinisiatif untuk memulai dari skup sekolahnya sendiri. Lalu, ia mengajak teman-teman yang seide dengannya, dan 10 orang di antaranya menyatakan sepakat untuk segera memulai dengan memisahkan sampah-sampah bungkus plastik jajanan di sekolahnya, lalu meluas ke tempat pembuangan sampah di dekat sekolahnya.



Sepulang sekolah, ia dan teman-temannya mulai menjalankan aktifitasnya “memisahkan sampah” berdasarkan klasifikasinya masing-masing, organik dan non organik.  Di saat teman-teman lain mungkin sedang sibuk bermain, sisanya sedang terlelap menikmati tidur siangnya.

Sampah plastik yang masih dapat didaur ulang ditempatkan sendiri. Bungkus/kemasan indomie/coffeemilk, permen ditempatkan terpisah, dan sampah rumah tangga dikumpulkan kemudian dioleh menjadi kompos.
Tidak semudah yang dikatakan tentunya. Ejekan dan ledekan teman berhasil diabaikan. Dan beruntung, Bu Ami, guru biologinya mendukung dengan dasar keilmuan yang beliau miliki dalam hal pengolahan sampah.
Sampai satu kesempatan Ami mengajak kesepuluh teman serta Ibu Guru Ani bikin tim pembersih sampah yang diberi nama “Go to Zero Waste School”.

Semenjak itu, berbagai kegiatan dilakukan secara perlahan dan terus menerus. Dari mulai pengolahan sampah organik menjadi pupuk, pengumpulan kemasan makanan dan diberikan kepada ibu-ibu di lingkungannya untuk dijadikan kreasi tas, dsb.

Paralel dengan itu, edukasi kepada anak-anak usia SD tentang sampah dilakukan dengan kreatif melalui buku-buku cerita dari bahan daur ulang, dan penciptaan boneka-boneka/ wayang sebagai tokoh cerita.  Ia menyimpulkan, anak-anak usia SD adalah usia paling tepat untuk mulai ditebarkan virus pembelajaran, edukasi seputar sampah.

Sebuah langkah kreatif yang akhirnya mengundang perhatian khalayak luas.

Dari seorang siswa yang tak mempunyai kemampuan berbicara yang cukup menjelma menjadi seorang siswa yang terlihat cerdas, lancar dan fasih berbicara di depan umum, semua karena dorongan dan semangat yang sangat tinggi dalam hal pengelolaan sampah.

Di forum Kick Andy edisi Sabtu, tanggal 7 Juli 2012, Ami tampil sangat mengagumkan dengan kedewasaan cara berfikir yang mungkin melebihi sebagian besar kita.

Menjadi salah satu pemenang SATU Indonesia Award 2010 dan berbagai forum penghargaan lainnya adalah efek samping dari sumbangsihnya sebagai remaja yang memilih menemukan jati dirinya sebagai ratu sampah, pahlawan sampah.

Efek samping lain adalah, ia telah diberi penawaran beasiswa dari berbagai negara ( Singapore, Australia dan Amerika ) serta dari negeri sendiri, PT. Astra International. Sebuah apresiasi dari dunia yang sudah selayaknya diberikan pada generasi yang luar biasa itu.

Satu ungkapan menarik dan patut menjadi slogan yang wajib disebarluaskan, yang diambilnya dari sebuah slide show yang ditularkannya kembali di forum Kick Andy adalah  “Jika kita bukan orang sembarangan, jangan membuang sampah sembarangan!”

Ini tentu menarik, jika sampah sudah dikaitkan dengan harga diri seseorang. Benar adanya, jika kita menilai diri kita berharga, maka bertindaklah lebih bijaksana dalam membuang sampah. Tidak hanya tidak membuang sampah sembarangan, tapi juga sebisa mungkin memulai dari diri sendiri dan keluarga masing-masing.

Mari kita pisahkan sampah-sampah tersebut sesuai dengan klasifikasinya. Agar jika kita belum bisa menyalurkan ke para pengrajin yang mampu membuat tas bagus, setidaknya, Bapak/Ibu pemulung akan mudah untuk memungutnya tanpa mengacak-acak tong/kotak sampah kita.

Saat ini, Jakarta Osoji Club mengumpulkan bungkus/kemasan coffee milk, indomie dsb dan kami simpan dalam sebuah karung / kantong plastik bersama teman-teman dari Japan di Gelora Bung Karno, Senayan. kegiatan ini rutin kami laksanakan setiap 2-3x dalam sebulan setiap hari Minggu. Jika ada teman-teman yang ingin bergabung, kami sahabat-sahabat Jakarta Osoji Club dengan tangan terbuka menerima bantuan sukarela dari teman-teman. Teman-teman dari Japan saja mau lho untuk ikut membersihkan kota Jakarta ^ ^

Ami, adalah sosok generasi muda yang patut menjadi teladan bagi kita dan generasi berikutnya. Ia telah mempunyai visi jauh ke depan tentang penyelamatan bumi. Sebuah kewajiban yang yang sering dilanggar oleh kita sendiri, sebagai penghuni dan yang telah ditunjuk sebagai khalifah di bumi ini.

Dalam penutup tulisan ini, satu ungkapan Ibu Tri Mumpuni, yang adalah salah satu tokoh idola Ami yaitu ”Ibu-ibu yang membeli tas hingga jutaan rupiah, mereka sebenarnya telah melakukan dosa sosial tanpa disadari. Karena masih banyak orang-orang yang hidup dalam kemiskinan dan menderita kelaparan di penjuru negeri”.

Astaghfirullah…..setuju atau tidak setuju, benar atau salah, hanya hati kita masing-masing yang dapat menjawabnya.

Setidaknya, sebait kalimat itu akan terngiang-ngiang di dalam setiap telinga kita, sebagai kontrol yang ampuh untuk menumbuhkan empati kepada mereka yang masih berjuang untuk sesuap nasi.
Lalu kemudian tergerak untuk segera memulai, menjadi agen-agen perubahan di bumi ini, dari hal sekecil apapun, dan dari sekarang juga.

Salam,
JOC ^ ^

1 komentar:

  1. sangat mennspirasi sekali.

    semoga semakin bnyk orang yang seperti ini, jadikan ejekn dari mereka sebagai semangat untuk membuktikan kepada mereka bahwa apa yang kita lakukan adalah tidak sia-sia.

    salam JOC

    BalasHapus