Minggu, 10 Februari 2013

Pemulung ala Japan : Anda Buang, Anda Bayar

Ada satu artikel menarik yang admin JOC pernah baca di salah satu blog warga negara Indonesia yang tinggal di Jepang. Artikel ini menarik karena kita tahu, Jepang terkenal dengan kebersihannya. Sehingga tidak terpikirkan apakah di Jepang ada pemulung atau petugas kebersihan atau tidak. Nah, untuk lebih tahu bagaimana pemulung ala Jepang kita simak tulisan dari Bapak Rane 'Jaf' ini ya :

Inilah salah satu wujud pemulung ala Jepun yang suka berkeliling kawasan perumahan di Tokyo dengan mobil kecil. Dengan megaphone yang suaranya memekakkan telinga, mereka memutar-mutar ulang suara yang menawarkan untuk menerima barang-barang bekas kita, mulai dari TV, kulkas, oven microwave, mesin cuci, komputer sepeda bahkan motor sekalipun.. Pokoknya barang bekas apa saja yang mereka sanggup naikkan ke mobil pickup kecil itu. 
Saya jadi ingat mertua saya di Bekasi yang suka sekali mengumpulkan botol-botol plastik bekas air mineral atau koran dan majalah bekas untuk dijual ke pengumpul barang bekas yang juga biasa keliling kompleks, sama persis di Jepang. Tidak seberapa memang hasilnya, tapi lumayan buat nambah uang beli cabe, tomat dan terasi untuk nyambel. Namun mertua saya pasti akan ngomel kalau tahu bahwa di Jepang justru kitalah harus MEMBAYAR untuk bisa "menitipkan" barang bekas kita ke mereka. Iya, betul! Ini bukan salah tulis.. Kita yang harus bayar, karena mereka membantu kita menyingkirkan barang-barang itu tanpa harus repot.
Repot! Itulah resiko punya barang bekas yang berukuran besar di Jepang (istilahnya sodai gomi). Ada sih yang suka usil menyimpan barang-barang itu di pinggir jalan lalu dipasangi kertas bertuliskan "Silahkan ambil!" Tapi itu sebenarnya melanggar peraturan. 
Cara yang benar adalah menelpon bagian pembuangan sampah ke kantor pemda setempat, jelaskan barang apa yang mau kita buang dan berapa besar ukurannya. Nanti mereka yang akan menentukan berapa biayanya dan kapan mereka akan datang untuk mengambilnya. Beres? Belumm..
Setelah tahu berapa biayanya, kita harus pergi ke kombini(convenience store alias toserba mini 24 jam mirip alfamartatau indomart di Indonesia) untuk membeli apa yang disebut sebagai sodai gomi shori-ken atau artinya kurang lebih adalah "tiket pengolahan limbah ukuran besar", sesuai dengan biaya pembuangan yang sudah disebutkan. Misalnya untuk untuk kasur springbed biayanya bisa sampai sekitar 2 ribuan yen atau lebih dari 200 ribu perak.  Tiket itulah yang harus kita tempel di barang berukuran besar yang akan dibuang. Beres? Enak saja.. Belumm..!
Setelah ditempeli tiket sodai gomi tadi, kita harus mau bersusah payah memindahkan barang bekas itu ke luar rumah di hari dan jam pengambilan yang ditentukan. Ini tidak mudah terutama karena kebanyakan orang Jepang tinggal di apato atau apartemen. Kalau lewat dari waktu pengambilan, selamat lah. Kita harus telepon ulang lagi. Kalau jauh sebelum waktu pengambilan sudah diletakkan di luar, siap-siap diprotes tetangga hehe
Jadi repot kan? Nah disinilah peran para pemulung keliling itu. Mereka membantu memotong semua proses yang ribet itu. Tapi kita harus tetap bayar kepada mereka. Berapa? Konon lebih murah. Tapi kalau tidak pandai menawar, sering juga kita harus bayar lebih mahal.. 
Tapi on the brighter side, ketika ada teman-teman orang Indonesia yang mau mudik, biasanya mereka akan menawarkan dulu barang-barang mereka yang berukuran besarnya ke kita yang masih ada di Jepang, siapa tahu kita perlu. Itu namanya saling membantu. Kalaupun ada yang menjualnya ke kita, pasti itu barang yang masih sangat berharga atau mungkin lagi kekurangan ongkos mudik hehehehehe
Udah ah.. Selamat berakhir pekan kawan-kawan.. 
Tokyo, 5 Mei 2012
http://nol.suarane.org/pemulung-ala-jepun-ente-buang-ente-bayar#more

Tidak ada komentar:

Posting Komentar