Minggu, 12 Juni 2016

JOC goes to Japan 2 - Part 1: Meguro Incineration Plant



Pada kunjungan kali ini delegasi dari Jakarta Osoji Club (JOC) berkunjung ke Meguro Incineration Plant yang merupakan tempat untuk mengolah sampah kategori yang bisa dibakar. Di Jepang sampah dibagi ke dalam 4 kategori yaitu :
  • Sampah yang bisa dibakar (combustibles) - sisa makanan, sisa minyak, pakaian bekas, sampah organik, plastik pembungkus makanan, styrofoam, CD, kaset video, alat tulis, sepatu, tas, mainan;
  • Sampah yang tidak bisa dibakar (incombustibles) - payung, peralatan dapur (panci, pisau, penggorengan), perkakas dari logam, barang pecah belah (keramik, kaca), bola lampu, baterai, aluminium foil, alat-alat elektronik (telepon, pengering rambut, kamera);
  • Sampah ukuran besar (large-sized waste) - furniture (meja, kursi, lemari), kasur, sepeda, alat elektronik besar (lemari es, mesin cuci, TV, microwave); dan
  • Sampah resource/recycle - koran, kardus bekas, botol minuman dari kaca, botol minuman dari plastik kaleng minuman

Setiap sampah yang terkumpul akan dibawa ke tempat-tempat pengolahan sampah sesuai dengan kategorinya, seperti sampah yang bisa dibakar akan dibawa ke Incineration Plant.

 
Grafik di atas merupakan alur pengolahan sampah di Jepang





Meguro Incineration Plant dibangun 25 tahun yang lalu, yang merupakan Incineration Plant pertama yang dibangun di kawasan Tokyo dengan kapasitas 600 ton sampah yang dapat diolah setiap harinya. Incineration Plant ini memiliki 40 truk sampah yang bertugas mengangkut sampah sebanyak 4 kali dalam sehari dan membawa total 400-600 ton sampah yang dikumpulkan dari sampah di wilayah Meguro dan sekitarnya. Sejak saat itu pabrik ini bekerja mengolah sampah selama 24 jam setiap hari sepanjang tahun.  
Sampah yang diangkut ditimbang terlebih dahulu sebelum memasuki platform
 
Platform, tempat truk mengeluarkan semua sampah yang diangkut ke dalam bunker


Sampah yang terkumpul akan dibakar di tempat ini dengan teknologi tertentu pada suhu tinggi (800 deg C) agar zat-zat berbahaya terbakar sempurna sehingga tidak menimbulkan polusi. Uap panas yang dihasilkan selama proses pembakaran diolah kembali sebagai sumber pembangkit listrik. Abu hasil pembakaran inilah yang akan dibawa ke tempat pembuangan akhir yang merupakan lahan reklamasi. Abu hasil dari pembakaran sampah ini masih dapat diolah menjadi slag yang dapat dijadikan sebagai bahan baku aspal atau concrete block. Semua proses dilakukan secara komputerisasi yang diawasi selama 24 jam oleh para petugas secara bergantian.

Alur proses pembakaran sampah hingga menjadi abu

Dengan adanya proses ini, sampah yang terkumpul bisa dikurangi volumenya hingga 1:20, tidak hanya membakar, proses ini juga dapat menghasilkan listrik yang digunakan untuk operasional Incineration Plant dan dijual untuk umum. Uap panas ini pun dimanfaatkan untuk pemanas air yang diberikan secara gratis kepada fasilitas umum seperti gedung pertemuan dan kolam air panas yang dapat dinikmati warga sekitar.

Berbagai manfaat yang didapat dari adanya Incineration Plant


Selama 25 tahun berdiri, Incineration Plant ini sangat jarang sekali mengalami kerusakan, namun pernah satu kali proses pembakaran terpaksa dihentikan saat ditemukan sampah ukuran besar yang tidak bisa terbakar tercampur dalam sampah-sampah yang akan dibakar secara tidak sengaja. Untuk mengeluarkan sampah tersebut maka proses pembakaran harus dihentikan dahulu. Jika sampah tersebut tidak dikeluarkan maka proses pembakaran akan terganggu.

Incineration Plant ini dibangun di tengah kota yang dekat dengan pemukiman warga. Walaupun bangunan ini digunakan sebagai tempat pengolahan sampah, tempat ini tidak berbau dan tidak menghasilkan polusi. Pihak Incineration Plant membangun taman di sekitarnya agar warga lebih nyaman dengan keberadaan bangunan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar