Jumat, 15 Februari 2013

JOC Beraksi

Semangat pagi menjelang siang sobat JOC, Minggu 17 Feb jam 8.00 s.d 9.30 kami akan mengadakan kembali kegiatan #JOCberaksi di Ring Road GBK Senayan. 

Utk teman2 volunteer yg mau ikutan, silahkan langsung bergabung bersama kami ^ ^ kami menggunakan baju hijau dan akan beredar di sekitar ring road GBK Senayan, dan mendendangkan semangat "Jangan Buang Sampah Sembarangan yaa!" Ditunggu kehadirannya ☺

Salam,

Jakarta Osoji Club

Selasa, 12 Februari 2013

Bisakah Kita Meniru Japan?


Tadi siang, kami telah mengupdate timeline JOC.untuk kami membahas mengenai mekanisme pengaturan pembuangan sampah di Japan. Kami tidak akan bosan untuk selalu berbagi cerita, berbagi ilmu tentang bagaimana pentingnya sebuah kebersihan. Entah itu untuk diri sendiri ataua sebuah kota besar. Terlampir kami kirimkan kembali ilmu baru tentang sistem pengolahan sampah di Japan yang kami dapatkan informasinya dari Ashida san :

Pertanyaan bagus ini bermula dari salah satu sahabat JOC yang menayakan bagaimana nasib pemulung jika nantinya kita semua membuang sampah pada tempatnya? Dan berikut ulasan kami :)

1. Sahabat JOC, menyambung pertanyaan dr @noorf kami mau bercerita sedikit ttg cara pembuangan sampah di Jepang. Semoga info ini berguna yaa

2. Bukan karena Japan terkenal dengan kebersihannya sehingga tidak memungkinkan adanya pemulung disana. Disana ada perusahaan recycle yg mengumpulkan kaleng dan kardus bekas.

3. Nantinya kardus dan kaleng tersebut akan diolah kembali. Umumnya peran homeless atau tuna wisma yg tdk memiliki pekerjaan yg mencarinya. Dalam hal ini situasinya sama dgn di Indoneisa. Karena terpaksa sehingga mereka menjadi pemulung.

4. Namun di Japan, sistem pembuangan sampah sangat ketat. Khususnya di Rumah Tangga. Sampah Organik, mentah, plastic, tutup botol, kaleng, dll hrs dipisahkan saat membuang.

5. Bahkan untuk kaleng minuman ataupun tutup botol bekas harus di cuci terlebih dahulu, agar tidak ada sisa cairan dan bersih. Hebat yaa? (minimal kita tdk membuang sampah sembarangan sdh Oke kok)

6. Hari-hari pembuangan sampah pun ditetapkan. Misalnya Senin u/ sampah Organik dan Mentah. Yg Mentah ada kantong khusus biar ga bau. Keren ya?

7. Pada malam hari, biasanya di Rumah Tangga para keluarga sibuk memisahkan sampah. Paginya sampah tersebut dibawa ke tempat pemungutan. Dan biasanya yang melakukan hal tsb adalah suami yg akan berangkat kerja atau anak-anak yg akan berangkat sekolah :)

8. Tempat pemungutan sementara ada dimana-mana,namun ada juga jam pengambilannya. Biasanya masy.Japan meletakkan sampah sebelum jam yg ditetapkan. Karena kalau terlambat,mrk harus kembali membawa sampah ke rumah dan menunggu waktu lainnya. Itulah mengapa mereka terkenal dgn budaya disiplinnya :D

9. Kadang-kadang ada juga yg membuang sampah sembarangan,tapi langsung ditegur tetangga agar sampah diatur kembali sesuai peraturan. Mereka tau siapa yg membuang sesuai peraturan atau tidak,karena pada setiap plastik harus dituliskan nama dan alamatnya. Bagi masy. Japan jika mrk ditegur, mereka MALU.

10. Sistem dan peraturan pembuangan sampah disana sangat lancar karena kesadaran rakyat terhadap lingkungan sangat tinggi. Musti di contoh kan?

11. Di tengah kota besar di Japan, jarang kita temukan tempat sampah. Sampah seperti botol minuman, kotak makan, tutup botol bahkan rokok mereka bawa ke rumah untuk dibuang di rumah. Bukan di sembarang tempat.

12. Namun setinggi2nya kesadaran, msh ada sebagian yg membuang sampah sembarangan sehingga ada kerja bakti seperti JOC juga .

13. Para masy.Japan tidak segan2 menegur dan mengingatkan u/ membuang sampah di tempatnya meskipun dengan orang yang tidak dikenal. Maka akhirnya berkurang orang-orang yang membuang sampah sembarangan.Karena mereka sadar peneguran seperti itu adalah hal yang memalukan. 

14. Di zaman dulu, masih banyak masyarakat Japan yang membuang sampah sembarangan. Namun sejalan dengan perkembangan ekonomi maka pendidikan rakyat pun meningkat juga. Makmurnya keadaan ekonomi di rumah tangga membuat mrk berfikir tentang lingkungan bhw sampah akan mencekik diri mereka sendiri. Karena akibatnya akan banyak menimbulkan permasalahan (penyakit, banjir dan kerusakan ekosistem lingkungan)

15. Dan yang kami salut dari budaya Japan, mereka sadar perilaku yang pantas sebagai manusia yg bertanggung jawab thd apa yg mereka konsumsi. Misalnya jika kita membeli barang, berarti menimbulkan sesuatu yg tdk berguna, ex : kertas yg membungkus, kantong plastik u/ membawa barang cc :@idDKP #Dietkantongplastic

16. Kebanyakan orang2 yang mampu membeli barang di beberapa negara salah satunya (maaf) Indonesia, menjadi simbol bahwa mereka puas akan kemampuan mereka mampu membeli barang tsb, namun bagi masy. Japan simbol berhasil bukan dari apa yg mereka beli tetapi bagaimana mereka bertanggung jawab dengan apa yg dibeli dan digunakan.

17. Kebanyakan warga di Indonesia masih belum menyadari dgn sesadar-sadarnya apa resiko membuang sampah sembarangan. kalaupun sadar hanya pada saat tertentu atau kalau sudah terkena bencana :( haruskah seperti itu? Dan bukan hanya sampah, namun (maaf) lendir yg berasal dr hidung ataupun mulut dapat mengakibatkan dampak yang buruk bagi kesehatan.

18. Itulah mengapa peran JOC ataupun organisasi2 lainnya atau bahkan masyarakat itu sendiri sangat penting bagi kebersihan & kesehatan lingkungan .

19. Kami sempat berbincang dengan ketua JOC, Ashida -san. Beliau mengatakan bahwa banyak orang-orang dari pemerintah RI bangga karena banyaknya investor yg masuk yg mungkin mereka berfikir bahwa mereka suka berinvestasi di Indonesia. Namun dari sekian banyak org asing / expatriat yg datang ke Indonesia, mereka merasa enggan datang ke Indonesia atau Jakarta, karena kesan yg ditimbulkan oleh sampah dan kotoran lainnya. Siapa yang mau membawa anak mereka ke kota tsb?

20. Sekarang sudah sejauh mana peran pemerintah dan masyarakat untuk sadar akan hal tersebut? Jika ingin menggandakan Investasi dari luar negeri bersihkan kota kita terlebih dahulu, hijaukan, sehatkan maka secara otomatis masyarakat asing pun akan tertarik dgn negeri kita.

21. Kami jadi ingat salah satu quotes dari Pak @ridwankamil "Your City, Your Responsibility" :)

22. Terakhir, akhir-akhir ini Malaysia selalu disenangi oleh expatriat dan 6 tahun berturut-turut terpilih sebagai negara yg ingin dihuni permanen karena kebersihan dan tata kota yang baik. Tidak ada yang jauh berbeda antara negeri kita dengan negeri seberang. Dan juga bukan kami membeda-bedakan negeri sendiri dengan negeri seberang, tetapi akan jauh lebih baik jika kita mencontoh sebuah kebaikan bukan?

23. Pemerintah juga tidak perlu pergi jauh-jauh ke Japan atau negera lain hanya utk mengikuti studi banding. cukuplah tengok tetangga kita Malaysia, Singapura (atau bahkan dari salah satu daerah di Indonesia sendiri yang telah menammkan pentingnya kebersihan). Mereka cukup menjadi contoh dari negara-negara berkembang yang menjaga keasrian, kebersihan dan kesehatan utk kebaikan negara mereka sendiri. Akibat baiknya investasi negara meningkat, Rakyat makmur dan tdk butuh biaya trilliunan utk sekedar belajar tentang arti sebuah kebersihan ^ ^

24. Semoga Informasi yang kami berikan ini dpt bermanfaat bagi kita semua,mhn dimaafkan jika ada hal2 yg tdk berkenan:) Selamat menjalani aktivitas

https://twitter.com/JKT_osojiclub


Lebaynya Mengelola Sampah di Japan (Part I)

Artikel ini kami dapatkan dari salah satu warga negara Indonesia yang tinggal di Japan. Artikel yang menarik untuk bisa kita serap ilmunya dan kita praktekkan. Dan selamat membaca :)
http://junantoherdiawan.com/2012/04/30/lebay-nya-mengolah-sampah-di-jepang-part-1/

Truk Sampah Memasuki Pusat Pengolahan Sampah / photo junanto

Mas Daniel Suharta, sahabat Kompasianer yang juga aktivis gowes dan lingkungan hidup di Jogjakarta, meminta saya untuk bercerita tentang pengolahan sampah di Jepang. Mas Daniel adalah seorang aktivis yang saya kenal rajin menginisiasi dan ikut serta di berbagai kegiatan peduli lingkungan, serta aktif menulis di media massa mengenai lingkungan hidup.
Saya tentu dengan senang hati membagi cerita tentang pengolahan sampah di Jepang. Hal ini karena orang Jepang terkenal sangat serius menangani soal sampah. Dibanding negara maju lainnya, masyarakat Jepang memang paling unggul dalam mengelola sampah, khususnya sampah rumah tangga.
Bagi orang asing yang pertama kali tinggal di Jepang, penanganan sampah di sini memang terkesan “lebay”. Bukan hanya kita tidak boleh membuang sampah sembarangan, tapi kita juga harus memisah-misahkan berbagai jenis sampah sebelum dibuang.
Saya terus terang mengalami “culture shock” saat pertama kali belajar cara membuang sampah. Maklum, di Jakarta masalah sampah tidak perlu repot. Semua dicampur-campur di keranjang sampah atau plastik, nanti tukang sampah datang, dan sampah dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) seperti di Bantar Gebang.
Namun di Jepang, sampah ditangani berbeda. Secara prinsip sampah dibagi dalam empat jenis, yaitu sampah bakar (combustible), sampah tidak bakar (non-combustible), sampah daur ulang (recycle), dan sampah ukuran besar. Ada jadwal hari-hari tertentu yang mengatur jenis sampah apa yang dapat dibuang. Petugas akan mengambil sampah setiap hari sesuai dengan jadwal dan jenis sampahnya.
Satu hal lagi, untuk sampah minyak goreng atau minyak jelantah, tidak boleh dibuang ke saluran air. Hal tersebut dikhawatirkan mencemari air tanah. Oleh karena itu, di Jepang dijual bubuk yang berfungsi  membekukan sisa minyak goreng tersebut. Bubuk itu ditaburi di atas minyak hingga berubah menjadi gel. Setelah itu,  minyak jelantah yang sudah berbentuk gel dapat dibuang ke tempat sampah.
Terdengarnya sederhana kan? Hmmm, tidak sampai saya merasakannya sendiri.
Pertama, kita harus membeli plastik khusus sampah. Setelah sampah dipisahkan dan dimasukkan ke plastik tersebut sesuai jenisnya, sampah diletakkan di luar rumah. Selanjutnya, petugas akan datang mengumpulkan sampah.
Masalahnya, mereka hanya mengambil plastik sampah yang tepat jenis dan sesuai jadwalnya. Kalau salah jadwal, atau jenisnya kita campur-campur (misalnya botol minum di sampah makanan), sampah tidak akan diangkat
Satu bulan pertama tinggal di Jepang, sampah di tempat tinggal saya menumpuk sampai lima kantong besar. Hal itu karena saya belum paham cara mengklasifikasikan jenis sampah apa dan harus masuk ke kategori apa. Daripada repot, semua sampah saya gabung saja. Akibatnya, petugas membiarkan sampah tak terangkut dan membuat bau di lingkungan sekitar.
Hal itu tentu memalukan saya, karena dilihat oleh tetangga sebagai orang yang tidak disiplin dan peduli lingkungan.
Pihak kelurahan di tempat saya tinggal nampaknya memahami kesulitan dan ketidakpahaman orang asing dalam penanganan sampah di Jepang. Untuk itu, mereka telah merancang program edukasi yang sangat baik bagi warga asing.
Selain membagi-bagikan brosur cara membuang sampah (dalam bahasa Inggris), suatu hari mereka mengundang keluarga saya, bersama dengan warga asing lain, untuk mengunjungi lokasi pengolahan sampah di wilayah kecamatan tempat kami tinggal. Di kota Tokyo, setiap kecamatan besar memiliki pusat pengolahan sampah masing-masing.
Dengan melihat cara sampah-sampah tersebut dikelola, diharapkan kesadaran masyarakat terbangun, dan dengan itu turut mendukung proses pengolahan sampah bersama.
Klasifikasi Jenis Sampah di Jepang / photo Junanto
Sampah sebagai masalah Kritis dan Penting
Undangan mengunjungi pusat pengolahan sampah di distrik Meguro, Tokyo, tersebut tidak kami sia-siakan. Kami berkumpul di pusat pengolahan sampah pukul 10.00 pagi untuk kemudian dilanjutkan dengan melihat proses pengolahan sampah.
Namun sebelum melihat proses pengolahan, kita diterangkah terlebih dahulu betapa kritis dan pentingnya urusan sampah ini. Kebanyakan dari kita memang terkesan menganggap sepele bahkan tidak peduli dengan masalah pembuangan sampah. Padahal ketidakpedulian itu dapat menimbulkan masalah lingkungan hidup yang serius.
Lahan tanah di dunia kini sudah hampir mencapai puncak kapasitasnya. Sampah yang menimbun di permukaan tanah akan mengakibatkan kontaminasi pada resapan air tanah, yang pada akhirnya dapat meracuni kehidupan dan mengkontaminasi air tanah.Sementara itu, cara pengolahan sampah dengan membakar secara tradisional dapat mengakibatkan jumlah besar karbon monoksida dan gas karsinogen yang akan mengotori atmosfer. Selain itu, kita juga dijelaskan bahwa tidak semua sampah bisa didaur ulang oleh tanah.
Oleh karenanya, upaya manajemen sampah yang baik, serta kepedulian dalam memisah-misahkan sampah plastik, metal, botol, karet, dan benda-benda sejenis, menjadi penting untuk kesinambungan lingkungan hidup.
Proses Pengolahan Sampah di Jepang
Kami kemudian diajak melihat bagaimana sampah diolah sejak awal. Truk-truk sampah masuk ke pusat pengolahan melalui pintu utama. Di situ truk tersebut ditimbang untuk mengetahui berat sampah yang dibawa.
Dari sana sampah-sampah dimasukkan ke tempat pembakaran. Hari itu, kebetulan sedang dilakukan proses untuk sampah bakar, atau sampah basah rumah tangga. Timbunan sampah yang berasal dari sisa-sisa makanan, kotoran dapur, dimasukkan ke dalam sebuah tempat penampungan besar. Ada bungkus tahu, sisa tulang ikan, dan aneka makanan sisa lainnya dimasukkan ke tempat itu. Dari situ, sampah dimasukkan ke tempat pembakaran dan kemudian dibakar.
Hal yang menarik adalah ternyata ampas dari sampah-sampah tersebut bisa dimanfaatkan menjadi “cone-block” untuk lapisan jalanan. Jadi saya baru tahu kalau cone-blok di trotoar kota Tokyo sebagian di antaranya dibuat dari sampah yang kita buang setiap hari.
Selain bermanfaat untuk membuat cone-block, pembakaran sampah di Jepang juga dapat menjadi salah satu sumber daya penghasil listrik.
Sementara untuk cairan dari sampah basah, pusat pengolahan tersebut memiliki mesin penyulingan air yang fungsinya membersihkan air dari sampah, sebelum kemudian dialirkan kembali ke sungai.
Sistem daur ulang di Jepang menganut dua langkah dasar. Pertama, pemisahan material dan pengumpulan. Kedua, pemrosesan dan daur ulang sampah. Kedua hal tersebut bisa berhasil karena dilakukan secara gotong royong antara masyarakat dan pemerintah. Setiap rumah tangga di Jepang secara sadar melakukan langkah pertama. Sementara pihak pemerintah daerah melakukan langkah kedua.
Kesadaran, gotong royong, dan kerjasama yang baik antar warga, pemerintah, dan segenap elemen masyarakat menjadikan pengolahan sampah di Jepang dapat berjalan dengan lancar.
Nah, sepulang dari pusat pengolahan sampah, saya semakin disadarkan tentang pentingnya kita semua mengelola buangan sampah, sebagai bagian dari kepedulian kita pada lingkungan hidup. Dan sekarang, memilah-milah jenis  sampah yang dibuang sudah menjadi bagian dari keseharian hidup di Jepang.
Salam dari Tokyo


Minggu, 10 Februari 2013

Pemulung ala Japan : Anda Buang, Anda Bayar

Ada satu artikel menarik yang admin JOC pernah baca di salah satu blog warga negara Indonesia yang tinggal di Jepang. Artikel ini menarik karena kita tahu, Jepang terkenal dengan kebersihannya. Sehingga tidak terpikirkan apakah di Jepang ada pemulung atau petugas kebersihan atau tidak. Nah, untuk lebih tahu bagaimana pemulung ala Jepang kita simak tulisan dari Bapak Rane 'Jaf' ini ya :

Inilah salah satu wujud pemulung ala Jepun yang suka berkeliling kawasan perumahan di Tokyo dengan mobil kecil. Dengan megaphone yang suaranya memekakkan telinga, mereka memutar-mutar ulang suara yang menawarkan untuk menerima barang-barang bekas kita, mulai dari TV, kulkas, oven microwave, mesin cuci, komputer sepeda bahkan motor sekalipun.. Pokoknya barang bekas apa saja yang mereka sanggup naikkan ke mobil pickup kecil itu. 
Saya jadi ingat mertua saya di Bekasi yang suka sekali mengumpulkan botol-botol plastik bekas air mineral atau koran dan majalah bekas untuk dijual ke pengumpul barang bekas yang juga biasa keliling kompleks, sama persis di Jepang. Tidak seberapa memang hasilnya, tapi lumayan buat nambah uang beli cabe, tomat dan terasi untuk nyambel. Namun mertua saya pasti akan ngomel kalau tahu bahwa di Jepang justru kitalah harus MEMBAYAR untuk bisa "menitipkan" barang bekas kita ke mereka. Iya, betul! Ini bukan salah tulis.. Kita yang harus bayar, karena mereka membantu kita menyingkirkan barang-barang itu tanpa harus repot.
Repot! Itulah resiko punya barang bekas yang berukuran besar di Jepang (istilahnya sodai gomi). Ada sih yang suka usil menyimpan barang-barang itu di pinggir jalan lalu dipasangi kertas bertuliskan "Silahkan ambil!" Tapi itu sebenarnya melanggar peraturan. 
Cara yang benar adalah menelpon bagian pembuangan sampah ke kantor pemda setempat, jelaskan barang apa yang mau kita buang dan berapa besar ukurannya. Nanti mereka yang akan menentukan berapa biayanya dan kapan mereka akan datang untuk mengambilnya. Beres? Belumm..
Setelah tahu berapa biayanya, kita harus pergi ke kombini(convenience store alias toserba mini 24 jam mirip alfamartatau indomart di Indonesia) untuk membeli apa yang disebut sebagai sodai gomi shori-ken atau artinya kurang lebih adalah "tiket pengolahan limbah ukuran besar", sesuai dengan biaya pembuangan yang sudah disebutkan. Misalnya untuk untuk kasur springbed biayanya bisa sampai sekitar 2 ribuan yen atau lebih dari 200 ribu perak.  Tiket itulah yang harus kita tempel di barang berukuran besar yang akan dibuang. Beres? Enak saja.. Belumm..!
Setelah ditempeli tiket sodai gomi tadi, kita harus mau bersusah payah memindahkan barang bekas itu ke luar rumah di hari dan jam pengambilan yang ditentukan. Ini tidak mudah terutama karena kebanyakan orang Jepang tinggal di apato atau apartemen. Kalau lewat dari waktu pengambilan, selamat lah. Kita harus telepon ulang lagi. Kalau jauh sebelum waktu pengambilan sudah diletakkan di luar, siap-siap diprotes tetangga hehe
Jadi repot kan? Nah disinilah peran para pemulung keliling itu. Mereka membantu memotong semua proses yang ribet itu. Tapi kita harus tetap bayar kepada mereka. Berapa? Konon lebih murah. Tapi kalau tidak pandai menawar, sering juga kita harus bayar lebih mahal.. 
Tapi on the brighter side, ketika ada teman-teman orang Indonesia yang mau mudik, biasanya mereka akan menawarkan dulu barang-barang mereka yang berukuran besarnya ke kita yang masih ada di Jepang, siapa tahu kita perlu. Itu namanya saling membantu. Kalaupun ada yang menjualnya ke kita, pasti itu barang yang masih sangat berharga atau mungkin lagi kekurangan ongkos mudik hehehehehe
Udah ah.. Selamat berakhir pekan kawan-kawan.. 
Tokyo, 5 Mei 2012
http://nol.suarane.org/pemulung-ala-jepun-ente-buang-ente-bayar#more

3 Februari 2013

Semangat Pagi Sahabat JOC!!!

Bagaimana kabarnya pagi ini? Di minggu ke 2 bulan Februari, kami berharap semangat tahun baru masih bersama kita sehingga kita mampu mewujudkan rencana ataupun impian-impian kita selanjutnya. Nah berhubung ini hari Minggu, admin JOC tiba-tiba kangeeeen banged sama kegiatan bersih-bersih yang biasa dilakukan di hari Minggu pagi. Tetapi kan kegiatan tersebut hanya berlangsung sekali dalam 2 minggu, jadi untuk kembali mereview kegiatan tgl 3 Februari 2013 kemarin, terlampir admin JOC tampilkan foto-fotonya ^ ^ :

teman-teman JOC kembali membersihkan sampah yang ada di selokan bersama-sama dengan anggota volunteer lainnya
kalau tidak mau terkena banjir, jangan buang sampah sembarangan
Ada pelangi yang menemani team JOC japan membersihkan daerah riang road GBK. Lihat, si kecil chika tidak mau kalah membantu Okasan untuk mensosialisasikan kebersihan

Nah, berikut beberapa foto-foto kegiatan JOC di tanggal 3 Februari 2013. Untuk foto-foto kegiatan lainnya bisa dilihat di FB Pages JOC : Jakarta Osoji Club atau di Twitter JOC : @JKT_Osojiclub. Kami tunggu partisipasi teman-teman lainnya di tanggal 17 Februari 2013 yaa...


Salam Sehat selalu,
JOC Team